ia terdiam
sendiri
sejauh mata memandang,
pancaran cantiknya selalu menerpa
lalu, apakah ada yang memandangnya kini?
kini kuncup itu tertusuk duri
menancap dalam seberapa sakitnya
satu persatu duri menerpa
sekuat tenaga ia melepasnya
namun, entah mengapa
semakin banyak duri dan semakin tajam menerpanya
betapa sakitnya hatimu, kuncupku. ..
ia menangis,
lukamu begitu dalam
sungguh betapa sesaknya hatimu saat ini?
tiadakah yang menghapuskannya?
dimana pengobat lukamu?
senandainya ada yang tau betapa luka hatimu...
ada yang memandangmu kuncupku
namun, ia tak tahu jika kau terluka
sama saja
hanya pemandang sekejap
kau hanya kuncup
didepanmu ia memandang yang lain
sama saja
jika layaknya juga duri
namun, ingatlah kuncupku. . .
kau cantik hatimu
kau hebat dengan kekuatanmu menahan lukamu
kau tangguh karena dapat menjaga hatimu
dan...
ingatlah kuncupku.
penciptamu tak akan rela
melihatmu menangis karena luka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar