Translate

Selasa, 31 Desember 2013

Keutamaan Ilmu


Allah mengangkat orang-orang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu
dengan beberapa derajat (Al Mujadilah:11)

Kita akan lebih dihargai atau dihormati orang lain ketika kita berpendidikan tinggi bukan?
apalagi dimata Allah...

Keep Spirit and Istiqomah!!

Minggu, 22 Desember 2013



Episode : Mengapa Harus Pacaran?

Cinta. Pasti tau ya apa itu artinya. Kalau saya mah kurang tau hehe.
Kalau yang dibilang temen – temen nih, cinta itu rasa suka, sayang, rela berkorban dll untuk sesorang. Lalu yang dimaksud dengan sesorang itu kemudian disebut pacar. Nah, bener nggak tuh?
            Aku pernah bertanya kepada temanku yang ‘berpengalaman’ dalam hal itu. Aku nyeletuk bertanya begini,
“Kenapa sih harus punya pacar?”
Trus dia jawab gini,
“Lhah kan, Kita bisa belajar untuk menjadi dewasa dalam menjalin hubungan itu.. ..” Dewasa? Kamunya aja manja gitu.. :D.
Aku lanjut pada percakapan itu,
“Oh begitu, terus emang apa tujuannya kamu pacaran, lama – lama atau bentar lagi pasti putus, ya kan.. :D.”
Dia menjawab dengan agak marah,
“Ya jangan dido’ain gitu to. Harapannya itu ya bisa langgeng sampai pernikahan gitu…hhe”
“Lah, daripada gitu, mbok sekarang aja nikahnya..! :D”
“Aduh, lha sekarang kan masih kecil, masa mau nikah.. -_-“
“Lha trus ngapain dong kalau gitu, mubadzir waktu. Udah putusin aja, pacarannya habis nikah malah dapat pahala.. :D”
“Iya sih.. (Nah, itu tau juga -_-). Tapi ya jangan!”
“Lho, kenapa?”
“Udah terlanjur cinta, sayaaaaang banget sama dia…..”(halah ALAY :D)
“Haha,  gitu ya. Aku juga sayang lho sama Fitri, Lia sama yang lain,…..”
“Aduh. Ya beda dong ya… (Please deh..)”
“Emang bedanya apa coba?”
“Ya bedalah, kalau itu menyangkut asmara gitu.. (sambil nyengir - nyengir)”
“Halah. Gitu doank?”
“Ah.. gimana ya..? (Nah, bingung kan tuh.. :D) kalau udah cinta kan kita jadi semangat, ada yang motivasi, ada yang bisa bantu kita kalau sedang susah, ada yang nganterin kalau perlu dianterin… hehe”
“Aduh, kalau gitu mah, motivasi dari ortu n kakakku tu lebih jos! Fritri, Lia juga suka bantu aku kalau aku butuh bantuan. Ngerjain PR bareng, dianterin kemana bareng juga. Kalau masalah suruh nganterin, kamu kok begito sih, nggak sopan tuh… dijadiin sopir.. :D”
“Ahh.. ya nggak lah. Kamu ni ngeyel teru. Gini ni, misal lagi ribut sama ortu atau sama, mau curhat ke siapa hayo?”
“Astaghfirullahal’adzim, kalau itu mah gampang aj. Kenapa harus ribut sampa orang tua? Kalau ada kesalahan atau uneg – uneg ya di tabayunkan dong biar clear masalahnya. Kalau misal mau curhat atau perlu motivasi, dateng aja tuh ke BK. Dijamin profesional, guru di sana pasti udah biasa kan masalah begituan n pasti jga sudah ada solusinya. Lho, kurang apa coba?”
“Iya, udah ah, pusing aku ngomong sama kamu.”
“Hehe. Astaghfirullah jangan pusing2. Aku biasa aja kok… :D”
Udah deh. Tinggalkan percakapan diatas. Jangan ikut – ikutan pusing lho ya :D.
            Percakapan diatas bukan sekedar karangan juga, tapi real. Juga ada perubahan sedikit, maklumlah, aku bukan orang yang daya ingatnya tinggi, otomatis tidak hafal seluruh kata – katanya.. J.
            Hal itu membuktikan bahwa sebenarnya kita kurang paham apa arti cinta sebenarnya. Kalau ‘cinta’ yang diungkapkan diatas itu hanya sebatas nafsu, kita inginkan dia karena kita ingin, bukan karena Allah.. iya, kan?
            Pernah dengar ‘cinta sejati’ atau cinta abadi’? aku setuju banget sama statement itu. Yang namanya cinta itu ya endless, lha kalau model kayak gitu apa benar bisa disebut cinta? Terus gimana kalau ternyata dia Cuma memanfaatkan kita, misal kebetulan kita pinter atau orang tua kita kaya, atau kita orang penting di sekolah misalnya. Jangan mau deh.. akhirnya kalau udah bosen di’putusin’. Habis manis sepah dibuang. MasyaAllah.. lalu habis diputus terus jadi benci, tidak interaksi sama sekali, memutus silaturrahim namanya. Dan itu sangat dilarang dalam agama! Chek aja deh di al-Qur’an maupun hadistnya.
            Belum lagi nih, biasanya yang punya pacar pasti sms an tiap hari, belum lagi minta traktir. Haduh, uangnya mbok buat aku aja buat beli tab.. :’). Boros teman – teman…..
Kan tadi belajar dewasa ya, biasanya orang dewasa itu selalu berusaha untuk hemat, bener nggak?. So, ini merupakan pelanggaran atas prinsip kedewasaan… (Orasi!) :D.
            Menurut penelitia itu tadi, sudah terbukti kan kalau pacaran itu lebih banyak mudharatnya..? dan dalam agama kita tercinta sangat sangat sangat dianjurkan untuk menjauhi sesuatu yang mengandung kemudharatan bagi kita.
            Eh.., masih ada lagi ‘kisah cinta’ yang lain. Mungkin ini lebih complicated lagi nih..
            Hm, untuk yang ini aku juga bingung mau dibagaimanakan. Pihak laki – lakinya itu orangnya baiiik banget, bisa dibilang agamis pula. Demikian juga perempuannya. Biasanya disebut dengan ikhwan dan akhwat. Nah, ini agak beda, memang jarang bertemu tapi berkomunikasi lewat media lain.
            Si laki – laki pintar sekali dalam masalah agama, kalau ditanya soal hukum apa begitu misalnya, dia langsung jawab beserta dalilnya. Mau bilang apa kalau udah gitu coba? Tapi selain itu, dia juga rajin menanyakan kabar n menanyakan hal lain kepada si perempuan. Misalnya sms begini, “Assalamu’alaykum. Sedang sibuk apa ukhty?” Lebay juga nggak tuh? Kan masih ada hal lain yang bisa ditanyakan. Kemudian ditambah intensitas sms yang sangat sering. Pastilah si perempuan menjadi tertarik kepada si laki – laki.
            Si perempuan pasti senang di perhatikan, karena memang umumnya perempuan itu suka diperhatikan. Apalagi ada seseorang yang bisa menjawab pertanyaannya, memberi solusi, selalu bisa komunikasi kapanpun, dimanapun saat tidur sekalipun… (Hdh Nglindur itu mah… :D)
Padahal siapa tahu si laki – laki juga melakukan hal yang sama kepada teman perempuannya yang lain.. (Hdh masyaAllah kasihan sekali.. :’( ) memberi suatu perhatian lebih tapi ia tidak menganggap itu suatu yang lebih…
            Siapa kalau gitu yang salah? Aku juga tidak tahu siapa yang salah, menurut teman – teman bagaimana? J jangan sampai kita terutama teman – teman perempuan tertipu oleh ikhwan yang seperti itu, sama nggak seperti playboy? Hhe. kalau dia memang baik, dia tidak akan berbuat seperti itu kan ya? Sekali lagi, cerita itu real bukan rekayasa hehe .. :D
            Oleh karena itu, sebenarnya rasa cinta kita sat ini yang sesungguhnya itu cinta kita kepada Allah, orang tua dan sahabat – sahabat kita. Mereka adalah orang yang lebih real membuktikan cintanya dengan sesuatu hal yang besar kepada kita.
            Cinta itu benar – benar ada ketika kita merasa bahagia ada didekat mereka, sehingga kita tak rela mereka pergi jauh dari kita. Selalu mengingatkan dalam kebaikan. Menuntun kita untuk menjadi pribadi yang lebih baik, saling membantu dalam berbagai urusan. Dan yang paling penting, cinta itu endless tidak akan hilang walau terpisahkan oleh ruang dan waktu. Pernah tau kan kisah kakek dan nenek ketika salah satu dari mereka sudah dipanggil oleh Allah, tak sedikitpun cinta mereka hilang, akan terus mendo’akan dan menghormatinya. Itulah cinta sejati. Sekali cinta selamanya tetap cinta.. J
            Kita mungin sudah pernah mengalami atau mendengar kisah – kisah seperti diatas. Em, Allah mengaruniakan rasa cinta kepada kita itu tidak salah, tergantung bagaimana kita memenejnya. Dengan cinta Allah juga menguji kita, terutama para remaja. Hal itu bisa kita jadikan sebagai ladang jihad kita untuk saat ini. Karena Allah pasti akan memberikan keberkahan tersendiri ketika kita mampu meletakkan cinta kita di tempat dan waktu yang tepat. Karena semua ada masanya da kita tidak bisa memungkiri hal itu.
            So, yuk kita persembahkan cinta kita kepada orang yang dipilihkan oleh Allah..
            “Bukan cinta yang memilihmu, tapi Allah yang memilihmu untuk kucintai..”
Semoga kita tetap istiqomah dijalannya dan senantiasa diberi hidayah oleh Allah Subhanahu Wata’ala. Aamiiiiin.

           
           




Senin, 15 April 2013


Pendidikan

Pendidikan adalah suatu hal yang amat urgen dalam kehidupan umat manusia secara umum, dan dalam kehidupan umat Islam secara khusus. Oleh karena itu Syari’at Al Qur’an memberikan perhatian yang amat besar, sampai-sampai ayat Al Qur’an yang pertama diturunkan adalah 5 ayat dalam surat Al ‘Alaq, yang memerintahkan umat manusia untuk membaca dan belajar.

Bukan hanya itu, bahkan syari’at Al Qur’an telah menjelaskan bahwa kahidupan manusia baik di dunia atau di akhirat tidaklah akan menjadi baik melainkan dengan didukung oleh pendidikan yang baik dan benar. Oleh karena itu seluruh mahluk yang ada di dunia ini dinyatakan senantiasa mendoakan kebaikan kepada setiap orang yang berjuang dengan mengajarkan kebaikan kepada umat manusia.
Mari kita renungkan bersama sabda Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam berikut ini,

“Sesungguhnya Allah, seluruh Malaikat-Nya, seluruh penghuni langit-langit dan bumi, sampaipun semut yang berada di dalam liangnya, dan sampai pun ikan, senantiasa memuji dan mendoakan untuk orang yang mengajarkan kebaikan kepada orang lain.” (HR. At Tirmizi dan dishahihkan oleh Al Albani)

Sebagaimana Syari’at Al Qur’an juga mengajarkan agar pendidikan yang disampai kepada masyarakat senantiasa didasari oleh data yang autentik dan kebenaran. Sebagai salah satu contoh nyata hal ini ialah kisah berikut,

“Dari Abdullah bin ‘Amir, ia menuturkan: Pada suatu hari ibuku memanggilku, sedangkan Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam sedang duduk-duduk di rumah kami, kemudian ibuku berkata, Hai nak, kemarilah, aku beri engkau sesuatu. (Ketika mendengar perkataan ibuku itu) Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda kepadanya, Apakah yang hendak engkau berikan kepadanya? Ibuku menjawab, Aku hendak memberinya kurma, Lalu Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda kepadanya, Ketahuilah sesungguhnya engkau bila tidak memberinya sesuatu, maka ucapanmu ini niscaya dicatat sebagai satu kedustaanmu.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, Al Baihaqi dan dishahihkan oleh Al Albani)

Demikianlah pendidikan dalam syari’at Al Qur’an, oleh karena itu tidak mengherankan bila Nabi shollallahu ‘alaihi wasallam menjadikan kedustaan sebagai salah satu kriteria orang-orang munafik.
“Pertanda orang-orang munafik ada tiga, bila ia berbicara ia berdusta, bila ia berjanjia ia ingkar, bila diamanati ia berkhianat.” (Muttafaqun ‘alaih)

Bila kita bandingkan hadits ini dengan fenomena pendidikan yang ada dimasyarakat kita, baik yang ada dalam keluarga, atau di masyarakat atau di sekolah-sekolah, niscaya kita dapatkan perbedaan yang amat besar. Pendidikan di masyarakat banyak yang disampaikan dengan kedustaan dan kebohongan, misalnya melalui dongeng palsu, cerita kerakyatan, cerita fiktif, sandiwara, film-film yang seluruh isinya berdasarkan pada rekayasa dan kisah-kisah palsu dll.

Oleh karena itu tidak heran bila di masyarakat kita perbuatan dusta merupakan hal yang amat lazim terjadi dan biasa dilakukan, karena semenjak dini mereka dilatih melakukan kedustaan dan kebohongan.

Diantara keistimewaan metode pendidikan dalam syari’at Al Qur’an ialah ditanamkannya nilai-nilai keimanan kepada Allah Ta’ala, rasa takut kepada-Nya, senantiasa tawakkal dan sadar serta yakin bahwa segala kebaikan dan juga segala kejelekan hanya Allah yang memiliki, tiada yang mampu mencelakakan atau memberi kemanfaatan kepada manusia tanpa izin dari Allah Ta’ala. Sehingga dengan menanamkan keimanan kepada Allah Ta’ala sejak dini semacam ini, menjadikan masyarakat muslim berjiwa besar, tangguh bak gunung yang menjulang tinggi ke langit, bersih jauh dari sifat-sifat kemunafikan, penakut, berkhianat, memancing di air keruh atau menggunakan kesempatan dalam kesempitan.

Kisah berikut adalah salah satu contoh nyata pendidikan Islam yang pernah dicontohkan oleh Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam kepada umatnya,

“Dari Ibnu Abbas Radhiallahu’anhu ia berkata, Suatu hari aku membonceng Nabi shollallahu ‘alaihi wasallam, maka beliau bersabda kepadaku, “Wahai nak, sesungguhnya aku akan ajarkan kepadamu beberapa kalimat: Jagalah (syari’at) Allah, niscaya Allah akan menjagamu, jagalah (syari’at) Allah, niscaya engkau akan dapatkan (pertolongan/perlindungan) Allah senantiasa dihadapanmu. Bila engkau meminta (sesuatu) maka mintalah kepada Allah, bila engkau memohon pertolongan, maka mohonlah pertolongan kepada Allah. Ketahuilah (yakinilah) bahwa umat manusia seandainya bersekongkol untuk memberimu suatu manfaat, niscaya mereka tidak akan dapat memberimu manfaat melainkan dengan sesuatu yang telah Allah tuliskan untukmu, dan seandainya mereka bersekongkol untuk mencelakakanmu, niscaya mereka tidak akan mampu mencelakakanmu selain dengan suatu hal yang telah Allah tuliskan atasmu. Al Qalam (pencatat taqdir) telah diangkat, dan lembaran-lembaran telah kering.” (HR. Ahmad, dan At Tirmizi dan dishahihkan oleh Al Albani)

Dan berikut adalah salah satu contoh generasi yang telah tertanam pada dirinya pendidikan Al Qur’an, yang senantiasa mengajarkan agar setiap manusia senantiasa mengingat Allah, dan senantiasa sadar bahwa Allah selalu melihat dan mendengar segala gerak dan geriknya.

Pada suatu malam ada seorang wanita yang memerintahkan anak gadisnya untuk mencampurkan air ke dalam susu yang hendak ia jual, maka anak gadis tersebut menjawab dengan penuh keimanan, “Bukankah ibu telah mendengar bahwa Umar telah melarang kita dari perbuatan semacam ini?! Maka sang ibu pun menimpali dengan berkata, Sesungguhnya Umar tidak mengetahui perbuatanmu! Maka anak gadis tersebut menjawab dengan berkata, “Sungguh demi Allah aku tidak sudi untuk mentaati peraturan Umar hanya ketika di khalayak ramai, akan tetapi ketika aku sendirian aku melanggarnya.”

Kita semua bisa bayangkan bila prinsip-prinsip islamiyyah yang terkandung dalam hadits ini terwujud pada masyarakat kita, maka saya yakin bahwa masyarakat kita akan terhindar dari berbagai praktek-praktek pengecut, khianat, korupsi, penakut, putus asa, dll.

Tentu pendidikan yang semacam ini menyelisihi pendidikan yang sekarang banyak dilakukan oleh masyarakat kita, dimana anak-anak kita sejak kecil senantiasa dihancurkan kejiwaannya, keberaniannya dengan berbagai dongeng tentang hantu, syetan, khayalan tentang superman, batman, satria baja hitam, atau yang serupa yang menggambarkan tentang manusia yang bisa terbang, merubah bentuk, dengan berbagai kedustaan yang ada pada kisah-kisah tersebut. Tidaklah mengherankan bila generasi yang dibina dan jiwanya dipenuhi dengan kisah-kisah palsu semacam ini, hanya pandai mengkhayal, dan mudah putus asa, penakut dan pemalas

Sepercik Cahaya Keindahan Islam 
Penulis: Ustadz Muhammad Arifin Badri


1. Akidah (Keyakinan)

Bagian ini adalah bagian yang paling banyak diperhatikan dan ditekankan dalam syari’at Al Qur’an. Bahkan permasalahan ini telah disatukan dengan segala urusan setiap muslim dan dijadikan sebagai tujuan dari segala gerak dan langkah kehidupan mereka. Allah Ta’ala berfirman,
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” (QS. Az Dzariyat: 56)

Dan pada ayat lain Allah berfirman,
“Dan sembahlah Rabb-mu sampai datang kepadamu sesuatu yang diyakini (ajal/kematian).” (QS. Al Hijr: 99)

Inilah akidah Al Qur’an, yaitu beribadah hanya kepada Allah Ta’ala dan meninggalkan segala macam bentuk peribadatan kepada selain-Nya, baik peribadatan dengan pengagungan, kecintaan, rasa takut, harapan, ketaatan, pengorbanan, atau lainnya. Allah Ta’ala berfirman,
“Beribadahlah kepada Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun.” (QS. An Nisa’: 36)

Akidah Al Qur’an juga mengajarkan agar umat Islam menjadi kuat dan perkasa bak gunung yang menjulang tinggi ke langit, tak bergeming karena terpaan angin atau badai. Akidah Al Qur’an mengajarkan mereka untuk senantiasa yakin dan beriman bahwa segala yang ada di langit dan bumi adalah milik Allah, tiada yang dapat menghalang-halangi rezeki yang telah Allah tentukan untuk hamba-Nya dan tiada yang dapat memberi rezeki kepada orang yang tidak Allah Ta’ala beri.
“Apa yang ada di langit dan di bumi adalah kepunyaan Allah; semua tunduk kepada-Nya.” (QS. Al Baqarah: 116)

Dan pada ayat lain Allah berfirman,
“Kepunyaan-Nya-lah semua yang ada langit, semua yang di bumi, semua yang di antara keduanya dan semua yang di bawah tanah.” (QS. Thoha: 6)

Dengan keyakinan dan iman semacam ini, setiap muslim tidak akan pernah menggantungkan kebutuhan atau harapannya kepada selain Allah, baik itu kepada malaikat, atau nabi atau wali atau dukun atau ajimat. Tiada yang mampu memberi atau mencegah rezeki, keuntungan, pertolongan atau lainnya selain Allah Ta’ala:
“Apa saja yang Allah anugerahkan kepada manusia berupa rahmat, maka tidak ada seorangpun yang dapat menahannya; dan apa saja yang ditahan oleh Allah maka tidak ada seorangpun yang sanggup untuk melepaskannya sesudah itu. Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Fathir: 2)

Pada ayat lain Allah berfirman,
“Katakanlah, ‘Siapakah yang dapat melindungi kamu dari (kehendak) Allah jika Dia menghendaki bencana atasmu atau menghendaki rahmat untuk dirimu.’ Dan orang-orang munafik itu tidak memperoleh bagi mereka pelindung dan penolong selain Allah.” (QS. Al Ahzab: 17)

Dan bukan hanya menanamkan keimanan dan tawakal yang kokoh kepada Allah semata, akan tetapi akidah Al Qur’an juga benar-benar telah meruntuhlantahkan segala keterkaitan, ketergantungan, mistik, takhayul dan segala bentuk kepercayaan kaum musyrikin kepada sesembahan selain Allah, sampai-sampai digambarkan bahwa sesembahan -atau apapun namanya- selain Allah tidak berdaya apapun bila ada seekor lalat yang merampas makanan mereka. Mereka tidak akan pernah mampu menyelamatkan makanan yang telah terlanjur dirampas oleh lalat, seekor mahluk lemah dan hina.
“Hai manusia, telah dibuat perumpamaan, maka dengarkanlah olehmu perumpamaan itu. Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah sekali-kali tidak dapat menciptakan seekor lalatpun, walaupun mereka bersatu untuk menciptakannya. Dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka, tiadalah mereka dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Amat lemahlah yang menyembah dan amat lemah (pulalah) yang disembah. Mereka tidak mengenal Allah dengan sebenar-benarnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa.” (QS. Al Hajj: 73-74)

Akidah Al Qur’an juga mengajarkan bahwa sumber kelemahan dan kegagalan umat manusia ialah karena mereka jauh dari pertolongan dan bimbingan Allah, semakin mereka menjauhkan diri dari Allah dan semakin menggantungkan harapannya kepada selain-Nya maka semakin rusak dan hancurlah harapan dan kepentingannya,
“Dan bahwasannya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan.” (QS. Al Jin: 6)

Akidah Al Qur’an juga mengajarkan kepada umatnya agar senantiasa memiliki keyakinan yang kokoh bahwa tidaklah ada di dunia ini yang mampu mengetahui hal yang gaib selain Allah. Sehingga dengan keimanan semacam ini umat islam terlindungi dari kejahatan para dukun, tukang ramal dan yang serupa.
“Katakanlah, ‘Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah’, dan mereka tidak mengetahui kapankah mereka akan dibangkitkan.” (QS. Fathir: 65)

Dengan akidah Al Qur’an ini, seseorang akan memiliki kejiwaan yang tangguh, pemberani dan bersemangat tinggi, pantang mundur dan tak kenal putus asa dalam menjalankan roda-roda kehidupan dan mengarungi samudra kenyataan. Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam pernah mengajarkan kepada saudara sepupunya akidah Al Qur’an di atas dengan sabdanya,

“Jagalah (syari’at) Allah, niscaya Allah akan menjagamu, jagalah (syari’at) Allah, niscaya engkau akan dapatkan (pertolongan/perlindungan) Allah senantiasa dihadapanmu. Bila engkau meminta (sesuatu) maka mintalah kepada Allah, bila engkau memohon pertolongan, maka mohonlah pertolongan kepada Allah. Ketahuilah (yakinilah) bahwa umat manusia seandainya bersekongkol untuk memberimu suatu manfaat, niscaya mereka tidak akan dapat memberimu manfaat melainkan dengan sesuatu yang telah Allah tuliskan untukmu, dan seandainya mereka bersekongkol untuk mencelakakanmu, niscaya mereka tidak akan mampu mencelakakanmu selain dengan suatu hal yang telah Allah tuliskan atasmu. Al Qalam (pencatat taqdir) telah diangkat, dan lembaran-lembaran telah kering.” (HR. Ahmad, dan At Tirmizi)

Minggu, 14 April 2013


Tips Tidur Sehat dan Islami

Tidur merupakan tabi’at sekaligus kebutuhan manusia,tidur yang cukup merupakan tanda sehatnya badan manusia,nah bagaimana tips tidur yang sehat,islami dan selamat dari gangguan syaithan,berikut ini ulasan tentang tidur islami,selamat dan sehat:
·          Sebelum tidur hendaknya anda menutup pintu,memadamkan api (jika lampunya dari api seperti zaman dulu sebelum ada listrik) karena Rasulullah-shallallahu alaihi wasallam-bersabda:
أَطْفِئُوْا الْمَصَابِيْحَ بِالًليْلِ إِذَا رَقَدْتُمْ وَأَغْلِقُوا الْأَبْوَابَ...
“Padamkanlah lampu kalian serta tutuplah pintu-pintu kalian pada malam hari jika kalian hendak tidur”(HR.Bukhari. 6296,Muslim.2012).
Beliau juga bersabda:
إِنَّ هَذِهِ النَّارَ عَدُوٌّ لَكُمْ,فَإِذَا نِمْتُمْ فَأَطْفِئُوْهَا عَنْكُمْ
“Sesungguhnya api ini adalah musuh kalian,maka apabila kalian tidur padamkanlah ia” (HR.Bukhari dan Muslim).
·         Sebelum anda tidur hendaknya anda menutup bejana yang terbuka,Rasulullah-shallallahu alaihi wasallam-bersabda:

غَطُّواالْإنَاءَ وَأَوْكُواالسِّقَاءَ فَإِنَّ فِي السَّنَةِ لَيْلَةٌ يَنْزِلُ فِيْهَا وَبَاءٌ لَا يَمُرُّ بِإِنَاءٍ لَيْسَ عَلَيْهِ غِطَاءٌ أَوِسِقَاءٌ إِلَّا نَزَلَ فِيْهِ مِنْ ذَلِكَ الْوَبَاءِ
“Tutuplah bejana kalian dan tutuplah bejana tempat minum kalian,karena pada setiap tahun ada malam di mana ada sebuah penyakit yang turun,dan tidaklah penyakit itu lewat di atas sebuah bejana yang tidak mempunyai tutup melainkan penyakit itu akan turun di sana” (HR.Muslim.5223).
Ibnu Muflih mengatakan:baik dia menutup bejana itu dengan tutupnya ataupun dengan menaruh sepotong kayu di atasnya(al-Adaab asy-Syar’iyyah III/238).P
Dianjurkan berwudhu’ sebelum tidur,berdasarkan sabda Rasulullah-shallallahu alaihi wasallam-:
إِذَا أَتَيْتَ مَضْجَعَكَ فَتَوَضَّأْ وُضُوْءَكَ لِلصَّلاَةِ
“Apabila engkau hendak tidur maka berwudhu’lah terlebih dahulu sebagaimana engkau berwudhu’ untuk shalat”(HR.Bukhari no.247,Muslim no.2710).
Diantara adab tidur adalah mengibaskan tempat tidur dengan kain atau sejenisnya sebelum tidur di atasnya,berdasarkan hadits Abu Hurairah bahwasanya Nabi-shallallahu alaihi wasallam-bersabda:
إَذَا أَوَى أَحَدُكُمْ إِلىَ فِرَاشِهِ فَلْيَنْفُضْ فِرَاشَهُ بِدَاخِلَةِ إِزَارِهِ لِأَنَّهُ لَا يَدْرِيْ مَا خَلَّفَهُ عَلَيْهِ
“Apabila salah seorang di antara kalian hendak berbaring di ranjangnya maka hendaknya dia mengibas-ngibasnya terlebih dahulu,karena dia tidak tahu apa yang berada dan tertinggal di sana” dalam riwayat Muslim beliau bersabda:
فَلْيَأْخُذْ إِزَارَهُ فَلْيَنْفُضْ بِهَا فِرَاشَهُ وَلْيُسَمِّ اللهَ فَإِنَّهُ لاَ يَعْلَمُ مَا خَلَّفَهُ بَعْدَهُ عَلَى فِرَاشِهِ
·         “Hendaknya dia memegang sarugnya lalu mengibaskannya di atas kasurnya seraya membaca:bismillah,karena dia tidak tahu apa yang menggantikannya tidur di atas kasurnya seteleah dia tinggalkan”.
Tidur dengan bertumpu pada lambung sebelah kanan serta meletakkan pipi kanan di atas tangan yang sebelah kanan,para ulama mengatakan bahwa posisi tudur seperti ini di antara fa’idahnya adalah menjadikan seseorang cepat bangun dan jaga dikarenakan jantung ke arah kanan maka ia tidak akan menjadi berat disebabkan tidur itu,anjuran tidur kea rah kanan ini berdasarkan sebuah hadits,Nabi-shallallahu alaihi wasallam-bersabda:
.........ثُمَّ اضْطَجِعْ عَلىَ شِقِّكَ الْأَيْمَنِ..
“…Kemudian berbaringlah dengan bersandar pada bagian tubuh sebelah kanan…” (HR.Bukhari no.6320 Muslim no.2714).
Sebelum tidur hendaknya membaca do’a tidur:
Membaca surat al-Ikhlash,surat al-Falaq,surat an-Nas lalu meniupkannya dengan ringan di atas kedua telapak tangan kemudian mengusapnya ke seluruh tubuh yang dapat dijangkau,hal ini dilakukan sebanyak tiga kali (HR.Bukhari dengan Fathul Baari IX/62,Muslim IV/1723).
Membaca ayat al-Kursi sebanyak sekali,dan barangsiapa yang membaca ayat kursi ini sebelum tidur,maka dia akan selalu dilindungi oleh penjaga yang dikirik oleh Allah sampai dia bangun pagi(HR.Bukhari dengan Fathul Baari IV/487).
Membaca ayat-ayat terakhir surat al-Baqarah yaitu ayat ke-285 sampai 286,dan sebagaimana dalam hadits riwayat Bukhari(IX/94 dengan Fathul Baari) juga Muslim (I/554) “Barangsiapa yang membaca dua ayat surat al-Baqarah ini maka dia akan dicukupkan” dari gangguan syaitahan yang jahat.
Hindari tidur sendirian
Berdzikir dengan dzikir yang diajarkan oleh Nabi-shallallahu alaihi wasallam-ketika seseorang tiba-tiba terbangun atau tidak bisa tidur(insomnia),di antaranya dengan mengucap:
أَعُوْذُ بِكَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّةِ مِنْ غَضَبِهِ وَشَرِّ عِبَادِهِ وَمِنْ هَمَزَاتِ الشَّيَاطِيْنِ وَأَنْ يَحْضُرُوْنَ
“Aku berlindung dengan kalimat Allah yang sempurna dari kemurkaan dansiksa-Nya serta kejahatan hamba-hamba-Nya dan dari godaan syaithan(bisikannya) serta jangan sampai mereka hadir(kepadaku)”(HR.Abu Dawud no.3893 dan dihasankan oleh al-Albani).